Sapi adalah hewan yang mempunyai potensi ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu, jika anda ingin beternak sapi, ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan agar sapi yang anda pelihara menghasilkan keuntungan apabila dijual.
A. Sanitasi
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya ledakan penyakit sapi adalah dengan penerapan sanitasi pada lingkungan. Pada beberapa kasus, penyakit pada sapi perah sulit sekali dihilangkan, belakangan terbukti bahwa penyebabnya adalah “agen” penyakit itu tetap berada di lingkungan sekitarnya.
Oleh sebab itu sanitasi mempunyai peran yang sangat penting. Sanitasi dapat dijalankan dengan membersihkan lingkungan dari organisme fisis (menggunakan deterjen dan pengerokan) dan me-nonaktifkan mikroorganisme (menggunakan disinfektan). Sebagai bahan pembersih, disinfektan sebenarnya kurang efektif, karena hanya berfungsi bila terjadi kontak langsung dengan organisme penyakit. Jika sumber infeksi dapat dihilangkan atau dikurangi ke level rendah, diharapkan ledakan penyakit akan menurun.
B. Isolasi
Isolasi adalah pemisahan hewan yang sakit dari kelompoknya, dengan tujuan untuk membatasi penyebaran penyakit. Sapi yang terinfeksi penyakit mudah sekali menularkan penyakitnya melalui : napas, saliva, kotoran, urin dan sekresi abnormal. Jangka waktu peng-isolasi-an biasanya antara 2 sampai 3 minggu.
Sayangnya isolasi tidak efektif pada organisme penyakit mastitis, karena bakteri Streptococcus agalactiae cepat sekali menyebar, termasuk kepada ternak sapi yang baru masuk ke kandang.
C. Pengujian
Pengujian kesehatan sapi sebaiknya dilakukan sedini mungkin, terutama sapi yang baru dibeli dan akan dimasukkan ke dalam kelompoknya. Selain itu pengujian juga dilakukan pada periode isolasi, untuk memastikan tingkat kesehatannya.
Yang harus mendapat perhatian utama pada saat pengujian adalah penyakit Tuberkulosis, bruselosis, serta Streptococcus agalactiae atau penyebab mastitis lainnya. Sebaiknya, pengujiankesehatan pada ternak ini dilakukan secara rutin.
D. Afkir
Afkir sapi adalah tindakan yag dilakukan sebagai pencegahan pada sapi yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Walaupun dianggap sebagai bagian terpisah dari cara pencegahan, kenyataannya afkir sapi ini termasuk upaya isolasi.
E. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan tindakan efektif untuk pencegahan penyakit pada sapi. Vaksinasi meningkatkan daya tahan hewan terhadap penyakit tertentu, dengan cara merangsang hewan menghasilkan anti body dan atau meningkatkan respon imun sel-antara (cell-mediated immune, CMI). Antibodi adalah molekul protein sirkuler yang menolong tubuh memerangi penyakit yang masuk ke tubuh. Sebaliknya, CMI menunjukkan mekanisme protektif yang dimulai pada level seluler.
Vaksin yang tersedia sekarang ini, sudah mempunyai kualitas yang baik. Tetapi hasil yang diperoleh terkadang kurang optimum, bahkan bisa gagal. Penyebabnya bisa karena proses penyimpanan yang kurang baik atau tidak mengikuti instruksi yang tertera pada kemasannya.
Ada beberapa hal tentang vaksin penting yang harus diingat yaitu :
- Tidak semua hewan segera memberi respon terhadap vaksin tertentu. Penyebabnya berasal dari hewan itu sendiri dan bukan akibat kegagalan vaksin. Oleh sebab itu , vaksin tidak dapat melindungi semua jenis hewan.
- Daya tahan tubuh bersifat relatif. Bila hewan yang telah di-vaksin diserang oleh organisme penyakit dalam jumlah besar dan terus menerus, daya tahannya akan berkurang. Jadi, vaksinasi sifatnya hanyalah bantuan , bukan pengganti cara pencegahan lain.
- Untuk dapat berfungsi secara maksimal, vaksin memerlukan waktu hingga 14 hari).
- Beberapa jenis vaksin, penggunaanya harus diulang pada interval waktu tertentu, agar perlindungan maksimum dapat dicapai.
- Hewan yang stress atau terlanjur sakit, bisa jadi tidak me-respon vaksin yang diberikan.
F. Nutrisi
Bila membicarakan program kesehatan hewan, nutrisi seringkali dikesampingkan. Padahal nutrisi mempunyai peran penting pada daya tahan ternak terhadap penyakit. Hubungan antara nutrisi dengan penyakit, memang belum sepenuhnya diteliti. Akan tetapi, pada kenyataannya sejumlah masalah penyakit bersumber pada nutrisi. Sebagai contoh adalah ketidakseimbangan nutrisi, menurut penelitian ternyata dapat menimbulkan penyakit.